Sabtu, 16 Januari 2016

Aku, Kamu dan Tuhanku


* * *
        15 April 2013

        Peristiwa yang telah lama berlalu, tapi pengalamanku selama ini menunjukkan bahwa kita tak akan pernah bisa mengubur masa lalu. Karena bagaimana pun, masa lalu akan selalu menyeruak mencari jalan keluar. Sekarang saat aku melihat kembali ke masa lalu, aku menyadari bahwa tetesan air hujan mulai turun dari langit yang hitam kelam. Aku segera beranjak dan  mencari tempat untuk berteduh dari hujan yang semakin lebat. Sebuah  halte bus kini hampir penuh diisi oleh beberapa orang yang sama halnya denganku.

        Kenapa air hujan selalu mengingatkanku dengannya? Seharusnya sekarang ini aku sudah melupakan pria itu bersama dengan kenangannya.


* * *
14 November 2009

Hembusan angin musim kemarau rasanya begitu menelusup sampai ke tulang rusuk. Satu persatu daun pohon ek mulai berjatuhan, tapi setelah kulihat kembali tidak hanya satu bahkan ada dua, tiga dan mungkin lebih banyak lagi dedaunan itu jatuh secara bersamaan. Kupeluk al-qur’anku ini penuh dengan kesanjungan. Aku begitu menghormati kitabku ini karena Allah telah menurunkannya sebagai petunjuk hidup bagi setiap umat muslim. Kurasakan sebuah tangan  menggenggam  bahuku lembut dan  ketika berbalik dapat kukenali siapa dia.
“assalamu’alaikum salma”sapa sahabatku Fatimah  kemudian duduk di sampingku. Kubalas senyuman indahnya yang mengembang tulus terhadapku 
“wa’alaikumsallam  ima”balasku.
“oh iya salma. Kau tahu ketua Badan Eksekutif Mahasiswa kampus kita kan?”aku mengerutkan dahiku melambung jauh memikirkan siapa itu. Ah ya aku  ingat sekali! Dia kan Nathan  Andrea. Aku menyukainya sejak dulu namun kusembunyikan karena kita berbeda. Aku seorang muslim sedangkan dia seorang kristiani.
“ya. Aku tahu”ujarku  mantap.
“Dia jatuh cinta padamu”ujar Fatimah antusias, dia kemudian memelukku erat. Senyuman mengembang dibibirku, ternyata cintaku terbalaskan. Terimakasih atas nikmat-Mu ini, tak kuasa hatiku sampai mataku meneteskan air mata. Namun ada perasaan sedikit takut pada abi, pasti dia tidak akan pernah merestui perasaan yang selama ini kupendam.
“bagaimana bisa?” tanyaku. Fatimah mengerdikan bahunya lalu mengajakku pulang karena hari mulai sore. Sepanjang perjalanan bibirku terus mengembangkan senyuman karena hatiku kini sedang berbunga-bunga. Kulihat Nathan berjalan berlawanan denganku sehingga dapat terlihat jelas wajah tampannya. Mulai dari rambut hitamnya, mata coklat berwarna madu, hidung serta bibirnya. Astagfirullahaladzim maafkan aku ya Allah, aku sudah jina mata. Nathan kini berjalan mendekatiku, aku mulai gugup, ingin rasanya aku berlari namun kaki ini terpaku. Aku gugup karenanya.
“Hai salma”sapanya dengan suara merdu, bahkan lebih merdu dari yang kubayangkan. Nathan menatapku kemudian memalingkan pandangannya, bibirnya tersenyum sambil menggaruk tengkuknya. Detik kemudian dia kembali melihat kearahku.
“hai Nathan”balasku.
“sal... aku ingin mengajakmu pulang bersama, kebetulan rumah kita searah. Kamu bisa kan?” kutatap Fatimah yang kini sudah berada jauh dari sampingku. Kurasa dia sudah mengerti dengan keadaan. Tapi sebenarnya aku berniat untuk menolak karena Abi pasti tidak suka jika aku diantarkan pulang oleh pria yang bukan muhrim.
“sebelumnya maafkan aku Nathan, tapi kita bukan muhrim. Tidak baik jika berduaan. Karena nanti bisa menimbulkan fitnah” jelasku hati-hati agar tidak menyinggung perasaannya.
“tapi ada yang harus kubicarakan padamu. Ini penting. Hanya kita berdua” akupun menghembusakn nafas berat.
“kenapa tidak disini saja” tegasku.
“tapi salma, disini banyak orang” belanya. “justru lebih baik ditempat seperti ini. tidak baik dua orang belum muhrim berduaan di tempat sepi. Itu akan menimbulkan zina” jelasku. Nathan pun menghembuskan nafasnya lemah, dia mulai pasrah karena tidak punya pilihan lagi. “baiklah”desisnya.
Aku dan Nathan pun memilih duduk di kursi taman yang menjorok ke tempat ramai agar tidak menimbulkan fitnah. Sedari tadi dia hanya diam, tidak mau berbicara sedikitpun.
“jadi. Apa yang ingin kamu bicarakan?”tanyaku memecah keheningan. Nathan terlihat begitu gugup. Jauh dari Nathan yang ku kenal, yang begitu percaya diri dan berwibawa.
“sebenarnya.....”
“kamu suka padaku?”  tanyaku percaya diri. Nathan terlihat kaget, dia tampak salah tingkah.
“menurutkmu?” tanyanya. Aku terdiam tak dapat berkata apa-apa. Pertanyannya mampu membuat pikiranku melanglang buana. “entahlah”
“aku memang suka padamu sudah cukup lama. Bahkan setiap hari aku mengikutimu pergi ke tempat ibadahmu yang disebut mesjid. Kini aku tidak bisa menahannya lebih lama lagi. Salma.... maukah kamu menjadi kekasihku?”nathan menatapku lekat, wajahnya yang tampan mampu mengalihkan duniaku. Namun bukan seperti ini yang kuinginkan.
“kamu tau kita berbeda agama bukan?” tanyaku. Nathan pun mengangguk. “ ya, aku tahu. Kamu seorang muslim yang taat dan aku ehm... seorang kristiani yang taat juga” jelasnya.
“kita bagaikan air dan minyak yang tak bisa bersatu. Ini cinta terlarang. Kita tidak bisa menyatukan perasaan ini” nathan terdiam, dia menundukan wajahnya dengan sejuta perasaan yang entah bagaimana bisa aku mengerti.
“lalu kamu mau aku bagaimana?”
“dengar Nathan. Aku membutuhkan seorang imam untuk menuntunku dalam kehidupan. Bukan hanya sekedar kekasih”
“jadi, kamu mau aku melamarmu?” aku terdiam memalingkan pandangan. Dengan perasaan canggung akupun mengangguk kecil. Gurat senyuman mengembang di bibir Nathan.
“tapi Abi hanya akan menerima lamaran dari seorang muslim”celaku. Meskipun terdengar sederhana, tapi dimata Nathan itu adalah hal yang luar biasa.
“akan kucoba usahakan”tegasnya.

* * *

“MASUK ISLAM ? APA KAU BILANG ! COBA KATAKAN SEKALI LAGI AYAH INGIN MENDENGARNYA”
“AKU INGIN MASUK ISLAM”
PLAK!!. Sebuah tamparan mendarat dengan keras di pipi sebelah kiri Nathan, dia mengelus pipinya yang sakit bukan main. Dia mendengar ayahnya berceramah tentang isi bible dan menasihatinya.
          “kau sudah menghianati Tuhan Yesus juru selamat kita. Tidak malu kah kau!” tegas ayahnya. Nathan hanya diam karena hanya ini satu-satunya cara untuk bisa bersatu dengan wanita terkasihnya, yaitu menjadi seorang muallaf.
          “siapa yang sudah mempengaruhimu hah! Para teroris berkerudung itu?” Nathan tersentak mendengar ucapan ayahnya, dia tidak bisa menerima hinaan ayahnya yang keterlaluan, itu sama saja dengan menghina Salma.
          “kenapa diam? Benarkan apa yang aku katakan”tegas ayahnya.
          “kamu memang sudah seharusnya pergi ke Vatikan untuk menjernihkan kembali rohanimu. Kamu terlalu banyak bergaul dengan mereka. makanya kamu seperti ini!” kini Nathan mulai prustasi, hilang kendali. Dia merasa tidak sedang berhadapan dengan ayahnya melainkan seorang lawan.
          “besok kamu akan segera berangkat ke Vatikan. Akan kuurusi kepindahan kampusmu, passport, tiket bahkan semuanya. SEMUANYA!” ayahnya langsung melengos meninggalkan Nathan yang terpaku di tempat, pikirannya seolah gelap. Petir menyambar hatinya begitu keras. Sungguh menyakitkan.

* * *

Entah kenapa perasaanku kini begitu tidak enak. Seperti ada sesuatu yang mengganjal di hatiku, entah kenapa itu. Namun pikiranku langsung melambung jauh memikirkan Nathan. Tidak seperti biasanya aku seperti ini. apa karena aku terlalu mengharapkannya? Ya Allah dosakah aku melakukan hal ini. mengharapkan umat lain memluk agama-Mu bukan karena Engkau melainkan diriku.
Kulihat Fatimah berlari dengan tergesa-gesa menuju kearahku. Raut wajahnya menampakkan sebuah kekhawatiran yang mendalam. nafasnya begitu parau, bahkan hampir kehabisan oksigen.
“tenang dulu Ima. Tarik nafas perlahan.. lalu buang” dia menuruti apa yang ku katakan hingga beberapa detik kemudian dia mulai bersuara.
“ada berita buruk Sal. Ini tentang Nathan” pikiranku kini melambung memikirkannya, jadi benar dengan apa yang kurasakan.
“ada apa dengan Nathan?” tanyaku penasaran.
“barusan aku mendapat telpon dari Ali. Dia bilang padaku kalau Nathan akan pindah ke Vatikan, mobilnya berangkat beberapa menit yang lalu. Pembantunya bilang pesawatnya take off pukul. 3 sore ini” aku tersentak mendengarnya. Namun apa yang harus kulakukan? Inikah jawaban atas semua do’aku. Allah mungkin tidak menjodohkan aku dengannya.
“kenapa diam? Ayo kita bergegas ke bandara. Kamu tidak mau mengucapkan salam perpisahan. Mungkin ini pertemuan terakhir kalian”belum sempat aku menjawab, Fatimah sudah menarik tanganku. Kami langsung berangkat ke Bandara dengan menggunakan taxi.
Jam menunjukkan pukul 15.15 wib. Aku dan Fatimah harus mencari Nathan diantara ribuan orang. Namun waktu semakin berlalu kami akhirnya memutuskan untuk bertanya pada reseptionis.
Aku menunggu Fatimah di deretan kursi lobi dengan perasaan was-was. Apa ini mimpi? Ya Allah bangunkan aku dari mimpi buruk ini.
Fatimah berjalan menghampiriku dengan ekpresi muka yang sulit kubaca. Aku berdiri menyamakan posisiku dengannya, aku menatapnya namun matanya mengalihkan pandangan dariku.
“bagaimana Ima?”tanyaku. dia pun menggeleng. “pesawatnya sudah take off setengah jam yang lalu. Maafkan aku salma”. Kaki ku terasa melemas, akupun tidak bisa menahan bobot tubuhku hingga akhirnya aku kembali terduduk sambil termenung. Hatiku kini bagaikan tersambar petir yang keras. Kenapa kami harus bertemu jika akhirnya akan terpisahkan juga L

* * *  
4 Tahun Kemudian.

Beberapa bulan ini aku sering mendapatkan surat dari Nathan. Bahkan tak pelak juga aku membalasnya walaupun harus menunggu waktu berhari-hari bahkan berminggu-minggu untuk bisa terkirim sampai ke Vatikan, Italia. Nathan tidak  pernah berubah, dia masih baik bahkan perhatian padaku. Selama ini Abi tidak tau tentang hubunganku dengan Nathan. Kami memang tidak berpacaran namun aku rasa hubungan kami lebih dekat daripada teman.
Aku sangat merindukan Nathan, rindu wajah tampannya, suaranya bahkan aroma wangi tubuhnya. Tapi aku tidak bisa berbuat apa-apa. Kami terpisahkan sangat jauh, bahkan lebih jauh daripada rama dan sinta. Kisah kami tidak pernah bersatu sama seperti romeo dan juliet. Namun apakah kisah kami akan berakhir sama seperti Adam dan Hawa yang akhirnya Allah pertemukan di bukit Marwah meskipun harus menunggu bertahun-tahun karena di pisahkan antar ujung dunia.
Aku mendengar suara pak pos kini berada di depan pintu rumahku. Sudah sangat ku kenal karena dialah pembawa kabar gembira untukku dan Nathan. Dia memberikanku sebuah amplop besar berbeda dengan amplop yang datang sebelumnya. Aku membawa amplop itu ke kamarku agar tidak diketahui oleh Abi. Sebelum ku buka amplopnya akupun membacakan basmalah terlebih dahulu, amplop berwarna coklat itupun kubuka lalu tampak sebuah surat yang warnanya lebih indah daripada surat yang sebelumnya di kirimkan Nathan. Ada sedikit keganjalan pada surat itu. Ini bukan surat biasa, ini surat undangan yang Nathan kirimkan padaku. Entah bagaimana perasaanku sekarang, haruskah aku memakan buah apel beracun sama seperti snow white agar pangeranku datang lalu menyelamatkanku. Tapi kurasa tidak, kenapa harus lebay seperti itu.
Perlahan kubuka surat undangan berwarna merah maroon itu, terpampang dengan jelas bahwa ini undangan pernikahan.
~Nathan Andrea dengan Maria Magdalena 14 februari 2013~
Ribuan pedang terasa menancap tepat di ulu hatiku menahan dadaku untuk bernafas. Kenapa rasanya begitu sakit, bahkan lebih sakit daripada sebelumnya. aku tak dapat menyeimbangkan tubuhku, semua persendianku terasa kaku. Aku tergeletak di atas lantai dan sedetik kemudian semuanya menjadi gelap.

* * *

14 februari 2013

Aku menatap bayanganku di balik cermin kamarku. Gaun berwarna putih serta jilbab krem kini menghiasi tubuhku untuk menghadiri acara pernikahan Nathan dan calon istrinya. Tempatnya berada di pusat kota berdekatan dengan kampusku dulu. Mataku begitu sembap tapi aku harus kuat. Aku tidak mau mengecewakan Nathan karena sudah mengundangku menghadiri acara pernikahannya.
Aku berangkat dengan menggunakan taxi, berjalan memasuki gedung resepsi. Tempat itu dihiasi dengan pernak pernik indahnya pesta pernikahan. Dapat kulihat jelas Nathan dan Maria sedang mengucapkan janji suci mereka dibalik altar, pendeta itu membawa sebuah kitab lalu menunjukan tangannya pada Nathan.
“bersediakah anda Nathan Andrea, mendampingi Maria Madgalena dalam senang maupun sedih, dalam suka maupun duka , dalam sehat  maupun sakit”
“aku bersedia”jawab Nathan begitu terdengar jelas di telingaku.
“baiklah, sekarang kau bisa mencium pengantinmu”. Nathan membuka penutup wajah pasangannya, wajah mereka semakin medekat. Aku tidak bisa melihatnya lebih lama lagi, segera ku meninggalkan gedung itu dan mengeluarkan semua air mataku di luar gedung.
Adzan Dzuhur berkumandang tatkala kaki ini sudah tak sanggup lagi untuk melangkah,tak kuasa aku menahan semua beban hidup ini.Ya Allah kenapa Engkau perlihatkan aku dengan hal tersakit yang kurasakan dalam hidup ini.
Tak sadar kaki ini ternyata sudah sampai di pelataran Mesjid Agung yang berdiri kokoh di samping gedung tempat Nathan melangsungkan pernikahannya. 
Aku pun segera mengambil wudhu kemudian melaksanakan ibadah solat Dzuhur, tak cukup satu kali takbir untukku bersujud kali ini. berkali-kali aku mencoba niat namun batin ini tak kuasa menahan kesedihan yang begitu mendalam,namun setelah niat yang ketiga akupun berhasil khusu untuk beribadah kepada-Nya.
Selepas melaksanakan ibadah solat dzuhur, akupun mengadahkan kedua tanganku dan menceritakan semua yang aku alami selama ini kepada-Nya. Aku tahu jika ini memang salahku, ini memang salah hatiku yang tak bisa menempatkan rasa cinta pada tempatnya yang benar. Aku ingat perkataan guru mengajiku dulu, jika seseorang menyukai hal yang kita miliki hendaknya berikanlah meskipun itu adalah hal yang paling kita cintai, karena Allah akan menggantinya dengan yang lebih baik lagi.
Kini aku mulai mengikhlaskannya Ya Allah, meskipun sakit dan begitu terasa pahit. Karena aku tahu aku dengan Nathan memang tak bisa menyembahmu secara bersama-sama. Aku tetap menyembah-Mu dan dia tetap menyembah Tuhannya. Karena aku sangat yakin dengan-Mu Ya Allah dan Nathan pun lebih yakin dengan Tuhannya.
Aku sadar bahwa cinta saja tidak cukup untuk membuat sebuah hubungan berhasil. Ada banyak faktor yang penting untuk dipertimbangkan. Hal-hal seperti jarak, pola pikir, restu keluarga hingga siapa yang kita sembah. Hubungan yang serius itu bukan hanya tentang mencari persamaan, tapi lebih tentang bagaimana menyatukan perbedaan.

Jumat, 04 Desember 2015

Artikel kesehatan gigi dan mulut untuk segala usia



Gigi dan gusi merupakan bagian tubuh yang memiliki peranan yang penting dalam berjanya organ tubuh kita karena konsumsi makanan melalui mulut diproses dengan cara mengunyah, dan gigi merupakan bagian tubuh pertama kali yang berfungsi untuk menghancurkan makanan sebelum mauk ke proses pencernaan. Dalam postingan ini kami akan menyajikan artikel kesehatan gigi, yang mencakup perawatan gigi dan menjaga kebersihan gigi dan gusi serta mencakup kesehatan mulut.
Artikel kesehatan gigi
Poster kesehatan gigi
Apakah kebersihan mulut baik ?
Kebersihan mulut sangat baik karena dari sinilah makanan masuk kedalam tubuh kita, kebersihan mulut dapat terlihat dari dalam mulut serta bau yang sehat. Ini berarti bahwa :
Gigi Anda bersih dan tidak ada sampah makanan
Gusi memiliki warna merah muda dan tidak sakit atau tidak berdarah saat Anda menyikat atau flossing.
Bau mulut bukanlah masalah konstan
Jika gusi Anda terluka atau berdarah saat Anda menyikat atau flossing, atau Anda mengalami bau mulut persisten , segeralah pergi ke dokter gigi untuk melakukan pemeriksaan karena setiap dari infeksi dari gigi dan gusi menunjukkan adanya masalah .
Dokter gigi atau ahli kesehatan akan membantu dalam mengembangkan teknik kebersihan mulut yang baik dan mengajarkan pada Anda untuk mengidentifikasi daerah yang membutuhkan perhatian ekstra selama menyikat gigi dan flossing .
Bagaimana praktik kebersihan mulut yang baik ?
Salah satu hal yang paling penting yang dapat Anda lakukan untuk gigi dan gusi adalah menjaga kebersihan mulut Anda dengan baik . Kesehatan gigi tidak hanya memberikan tampilan yang baik tetapi juga akan membuatnya terasa nyaman. Kesehatan mulut sangat penting untuk kesehatan Anda secara keseluruhan.
Perawatan pencegahan harian untuk mencegah sakit gigi dapat anda mulai dengan rajin gosok gigi, flossing serta menghindari makanan yang dapat menimbulkan kerusakan pada gigi hal ini bertujuan untuk  menghindari masalah di kemudian hari, perawatan dengan baik setiap hari akan mengurangi resiko menyakitkan dari sakit gigi hal ini sangat baik untuk dilakukan.
Lakukan kunjungan rutin pada dokter gigi , ada beberapa langkah sederhana yang kita masing-masing dapat anda ambil untuk mengurangi resiko gigi berlubang , penyakit gusi dan masalah gigi lainnya :
Gosok gigi secara menyeluruh , membersihkan celah gigi menggunakan benang gigi dan obat kumur setidaknya dua kali sehari .
Makan diet seimbang dan membatasi makanan ringan di antara waktu makan
Fluor Menggunakan produk gigi termasuk pasta gigi
Gunakan obat kumur fluoride jika dokter gigi Anda menyarankan
Demikian tadi artikel kesehatan gigi, dengan mengetahui apa saja yang harus dilakukan dan apa saja yang tidak boleh dilakukan untuk menjaga agar gigi anda sehat dan kuat. Jika anda mengalami sakit gigi silahkan menuju postingan yang berjudul obat sakit gigi untuk membantu meringankan sakit gigi yang anda derita sebelum anda mendapatkan perawatan dari ahlinya.

Senin, 30 Maret 2015

CARPON : Asih Nu Sajati "Sebenernya ini tugas basa sunda waktu kelas 11 daripada gue simpen mendingan gue post" Hehe




 
S
ajorélat panon poé ngaliwat luhureun embun-embunan. Soré ieu, manéhna teu kawas poé-poé biasana ngagupayan ngajak deukeut bari geugeut, layung nu ti tadi ngempur hurung ngan sakadar di rérét sakolébat. Soré éta, warna-warni pangbagéa bet kataker ku manéhna ngan saukur pulas panyumputan langit jeung layungna, pada-pada ngalanglayung bada ditandasa mangsa.
            “Enung, bet gumeter ramo-ramo haté kuring ngagupay gupay salira”kuring cicing bari sidakep, panon manco ninggali layung anu ngempur surup. Kuring teu bisa ngaucap boh lampah, kuring kaku ngadéngé ucapan manéhna.
            “Enung naha bet  jempé?” kuring tikoréjat reuwas pas leungeun manéhna nyepeng tak-tak kuring. Kuring malik ninggali manéhna. Ayeuna panon manéhna aya pas di hareupeun kuring.
            “kuring gé teu apal Kang”ceuk kuring bari mundur rada ngajauhan. Manéhna nunduk bari seuri semu gumasep. Lain gumasep deui, da kanyataan nagé Akang mah katinggali kasep rék kukumaha waé oge.
            “kasaha deui kuring nyimpaykeun rasa. Asih nu sampurna mun dibarengan ku haté anjeuna. Kuring teu apal kudu kasaha néangan kakasih nu sajati, haté kuring déngdék ka Enung. Deudeuh Enung tampi ieu citresna tina geter haté Engkang sagemblengna!”kuring ngajenghak ngadéngéna. Asa ngimpi asa lain, tapi basa kuring nyiwit pipi karasa pisan nyerina. Kuring teu bisa kukumaha, rék nampa da bisi bohong rék nampik da kuring gé bogoh.
            “Akang lain keur diajar drama? Sing bener Kang kuring embung heuheureuyan”. Kang Adi nyamperkeun kuring bari nyepeng leungeun kuring.
            “ragap haté Engkang! Wungkul salira nu ngalengkepan carita haté Engkang”ceuk manéhna bari nyekel pageuh leungeun kuring. Panon anu kacida éndahna ngeplak kaciri tihareupeun kuring.
            “kuring teu bisa ngajawab ayeuna pisan, Kang. Kuring butuh waktu keur mikir jawaban anu pareng”. Kang Adi seuri gumasep, manéhna ninggali langit tuluy ninggali deui ka kuring.
            “kuring teu bisa mamaksa salira keur narima cinta kuring. Kuring daék ngadagoan salira nepi ka salira siap ngajawab rasa kuring”. Kuring seuri bungah, atoh ku atohna pisan. Ngan kuring kudu mikir keur kahareupna, najan kuring bogoh ka Kang Adi, kuring gé kudu tatanya ka kolot jeung sobat kuring. Sugan wé amun di widi an ku kolot jeung babaturan mah, hubungan kuring jeung Kang Adi bisa bener tur pareng.
            Isukna kuring geus nyaritakeun sagalana ka kolot kuring, aranjeuna ngawidian asal kuring kudu bener ngajaga kahormatan, ulah jadi awéwé anu daék di kukumaha ku lalaki. Ahirna kuring indit ka imah Ranti sobat kuring anu nyaho sagalana ngeunaan kuring. Ranti sok nyaho waé naon-naon anu alus jeung nu goréng lamun di lakonan ku kuring. Tung-tungna Ranti gé ngawidian lamun kuring jadi jeung Kang Adi.
            Soré na kuring ngajangjian Kang Adi panggih di tempat basa kamari urang ketemuan. Kuring di baturan ku Ranti méh sagalana aya nu ngélingan.
            “put, Kang Adi geus dibéjaan? Naha bet geus jam sakieu can datang waé. Panon poé kaburu surut urang bisi kaburu kapeutingan didieu"
            Kuring teu daék cicing, titadi suku cilingcingcat kaditu kadieu. Haté ngarasa teu geunah mikiran waé Kang Adi. Teu lila HP kuring disada, dina layarna aya tulisan ngaran Kang Adi.
            “ran, Kang Adi nelepon”
            “buru angkat”ceuk Ranti ngabejaan.
            “hallo assalamu’alaikum?”
            “Kuring salaku ti dinas perhubungan. Ieu sareng kaluargana Jang Adi?”
            “sanes, kuring mah réréncanganna. Aya naon nyah pak?”
            “kieu téh, Jang Adi Kacilakaan motor. Ayeuna geus dibawa ka rumah sakit. Punteun wartoskeun ka kulawargana kumargi mung nomor ieu anu can lila di hubungan ku Jang Adi”
            “astagfirullahaladzim.......”kuring leuleus ngadéngéna. Sirah asa beurat, dada asa eungap. Leungeun gé teu kuat nyekelan HP, kuring ngagubrak kanu taneuh. Ranti lulumpatan nyampeurkeun kuring bari nananyakeun kunaon, tapi kuring teu bisa kukumaha. Teu lila, sagalana katinggali asa poék.
            Kuring muka panon nu karasana meuni beurat, di sagala juru katinggali ngeplak bodas. Kuring hudang bari néangan batur ngan nu aya tempat ieu kosong molongpong euweuh nanaon. Ti kajauhan kuring ninggali aya lalaki, tina pangawakanna jiga pisan jeung Kang Adi. Kuring nyampeurkeun bari ngagupay-gupaykeun leungeun ka manéhna.
            “Kang Adi!”manéhna ngalieuk bari seuri ka kuring. “Kang Adi rék kamana?”
            “Engkang geus digeroan ku nu Maha Kawasa, Enung cicing tong ngilu. Enung mah can waktuna”manéhna maké baju bodas nu ngageblay nepi ka handap. Katinggali ti luhur aya tangga anu panjangna parat nepi ka langit alam barzah. Kang Adi geus di jemput ku Gusti Agung, ngan kuring can ridho saméméh ngabéjakeun jangji kuring nu rék ngajawab rasa nu pernah di béjakeun ku Kang Adi.
            “Kang....”kuring nyekeul leungeun Kang Adi ngan teu ka ceukeul, awakna geus jadi roh.
            “Kang, Enung can ridho saméméh nyampéikeun jangji kuring ka Engkang”. Kang Adi seuri tuluy méré kode méh kuring sina geura ngomong.
            “cinta kuring, Engkang. Asih kuring... ngan di rembetkeun ka haté Engkang. Kuring nyaah ka Engkang, kuring narima cinta Engkang, kuring hayang jadi bidadari anu maturan Engkang di dunia jeung di ahérat”
            Kang Adi teu ngajawab, awakna geus ngapung kaluhur di papag ku utusan Nu Maha Kawasa. Kang Adi geus dibawa ka alam barzah.
            Kuring ngajenghak bari ngoprot késang saawak-awak. Ranti nu keur saré maturan kuring di kamar tikoréjat kahudangkeun. Cai panon tuluy murag juuh tinu mata maseuhan baju.
            “Kang Adi, Ran... Kang Adi”kuring ceurik eung euriheun. Ranti ngarangkul kuring bari ngusapan tonggong kuring.
            “muhun put... sabar. Kang Adi geus di bawa ku nu Maha Kawasa. Ikhlaskeun put, jodo mah moal kamana”ceurik kuring beuki ngagoak ngadéngé ucapan Ranti. Jadi nu tadi téh bener, Kang Adi méré béja ka kuring boh manéhna geus di bawa ku nu Maha Kawasa.
            Kuring asa sorangan, keueung, teu puguh rarasaan. Asih kuring, cinta kuring. Teu puguh kudu di bikeun deui kasaha. Curucud cimata meuntasan sagara kaasih nu can ka tepikeun sukmana.